Jumat, 05 September 2008

Al Quran
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam an-Nasafi ditulis dalam kitab Majmu al Ulum wa Mathli’u an Nujum dan dikutip oleh Imam Ibn ‘Arabi dalam mukaddimah al-Futuhuat al Ilahiyah karangannya menyatakan bahwa :Jumlah total semua huruf dalam al-Qur’an sebanyak satu juta dua puluh tujuh ribu. (1.027.000)Kalau direkap data dari Al Quran adalah :30 Juz114 Surah6.236 Ayat1.027.000 HurufRasulullah saw bersabda ”Barangsiapa membaca satu huruf Al-Quran, maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan akan dilipat gandakan menjadi 10 kali kebaikan yang semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf lam adalah satu huruf, dan mim adalah satu huruf (HR. At-tarmidzym disahihkan Al-Albany).Subhanallah, kalau khatam membaca Al-Quran berarti akan mendapat pahala kebaikan sebanyak :1.027.000 x 10 = 10.270.000,- pahala kebaikan.Rasulullah saw bersabda yang bermakna : Orang yang pergi ke mesjid lemudian ia belajar atau membaca dua ayat Al Quran, maka hal itu lebih baik baginya daripada dua onta yang besar dan gemuk, 3 ayat lebih baik baginya dari 3 onta, 4 ayat lebih baik baginya daripada 4 onta, 50 ayat lebih baik baginya daripada 50 onta, dst., balasan yang Allah berikan (HR. Muslim dan Ahmad).Subhanallah, kalau khatam Al Quran dalam setahun, berarti sudah memiliki kebaikan lebih banyak dibandingkan dengan :1 kali khatam Al Quran = 6.236 onta yang besar dan gemukKalau khatam setiap bulan berapa banyak ternak onta yang dimiliki.Kenapa sih kok hitung-hitung pahala, komentar orang barangkali. Bukan menghitung-hitung, tetapi adalah menghitung diri sejauh mana kita terdiorong untuk mengamalkan perintah Allah dan Rasulnya.Kalau Allah dan RasulNya menjanjikan ganjaran pahala yang banyak atas kebaikan apapun yang kita laksanakan, apakah kita harus menolak. Atau apa malah kita menantang perintahNya.Memang orang masuk tidak akan masuk surga karena semata-mata amalnya, tertapi rakhmat Allah yang menyebabkan seseorang dapat masuk surga. Yang jelas rakhmat Allah itu tidak didapat dengan Cuma-Cuma tetapi melalui kesungguhan dan ketekunan dalam melaksanakan amal ibadah untuk mencapainyaTahukah kamu perniagaan yang tidak pernah merugikan, Berniagalah dengan Allah.

Senin, 25 Agustus 2008

Sholawat Ma'tsuuroh & Ghoiru Ma'tsuuroh

SHOLAWAT MA’TSUUROH.
Sholawat Ma’tsuuroh adalah sholawat yang redaksi-nya langsung diajarkan oleh Rosululloh SAW. Salah satu contoh ialah “Sholawat Ibrohimiyah” seperti yang kita baca di dalam tahiyyat-nya sholat.

SHOLAWAT GHOIRU MA’TSUUROH .
Sholawat Ghoiru Ma’tsuuroh adalah Sholawat yang redaksinya disusun oleh selain Baginda Nabi e. Yaitu oleh para Sahabat, para Tabi’iin, para Sholihiin, para Auliyaa, para Ulama dan oleh umumnya orang Islam. Maka tidak aneh bahwa umumnya Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh itu kalimatnya panjang-panjang, susunan bahasanya disertai kata-kata yang indah-indah, mengexpresikan penghor-matan, pujian dan sanjungan yang romantik sebagai cetusan dari getaran jiwa mahabbah dan syauq (rindu) yang sangat mendalam. Bahkan tidak sedikit yang disusun dengan menggunakan kesasteraan yang tinggi, mengguna-kan kalimat-kalimat yang baligh dalam bentuk nadhom atau syi’ir, sajak dan puisi. Dan disamping sholawat, banyak disertakan do’a-do’a munajat kepada ALLOH, kalimat-kalimat tasyafu’an (memohon syafa’at) kepada Rosululloh e. Hal tersebut untuk menambah ikroman, ta’dhiman dan rasa mahabbah yang semakin mendalam.
Macamnya Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh banyak sekali dengan nama yang bermacam-macam pula. Ber-puluh, beratus, bahkan beribu-ribu sholawat. ALLOHU A’LAM ! Penamaannya ada yang menggunakan nama Muallifnya, ada yang diberi nama menurut fadlilah / faedah yang terkandung di dalamnya, ada yang diambilkan dari salah satu kalimah di dalamnya, dan lain sebagainya.
Contoh Sholawat Ghoiruh Ma’tsuroh antara lain; Sholawat Munjiyat, Sholawat Nariyyah, Sholawat Bada-wi, Sholawat Badar, Sholawat Burdah, Sholawat Masyi-syiyyah dan masih banyak lagi. Sholawat Wahidiyah ter-masuk Sholawat Ghoiruh Ma’tsuroh. Nama “Wahidiyah” diambil dari salah satu Asma’ul-Husna yang terdapat di dalamnya yaitu sholawat pertama “ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU.”
Sebagian banyak Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh mengan-dung berbagai macam ajaran dan bimbingan yang penting-penting. Ada yang mengandung ajaran bidang akhlaq, bidang adab, ajaran tauhid, ajaran haqiqot, ajaran ma’rifat dan ada juga yang mengan-dung ajaran bidang syari’ah. Misalnya Sholawat Masyisyiyah yang disusun Syekh Abdus Salam bin Masyisy berisi ajaran tauhid (BILLAH), Sholawat Burdah disusun oleh Syekh Muhammad Al-Bushairi mengandung dorongan bathin yang menggugah serta menumbuhkan rasa mahabbah dan syauq (rindu) kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan lain sebagainya.
Dalam Sholawat Wahidiyah disamping doa sholawat yang menjadi inti / pokoknya, disertakan pula do’a-do’a pemohonan kepada ALLOH SWT tentang hal-hal yang sangat diperlukan oleh setiap orang. Misalnya dalam sholawat ke dua “ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH..” kita memohon diberi ketauhidan kepada ALLOH yang sedalam-dalamnya sehingga bagaikan ditenggelamkan dalam pusat dasar samudra kesadaran kepada ALLOH. Ditambah lagi dengan permohonan kebaikan-kebaikan lainnya baik bagi pribadi, maupun bagi keluarga, bangsa dan negara, bahkan bagi ummat masyarakat, manusia seluruh dunia, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia; tidak ada yang ketinggalan; Semuanya dimohonkan di dalam Sholawat Wahidiyah. Kesejahteraan dan barokah bagi bangsa dan negara, bahkan bagi seluruh makhluk ciptaan ALLOH termasuk obyek yang harus dimohonkan di dalam Mujahadah dengan Sholawat Wahidiyah. Ditambah lagi dengan permohonan barokah bagi Mujahadah yang sedang dilaksanakan. Kemudian diakhiri dengan getaran jiwa yang kuat mengetuk hati jamii’al ‘alamiin ummat masyarakat seluruh dunia termasuk diri kita sendiri terutama, yaitu ajakan “FAFIRRUU ILALLOOH” (Larilah kembali kepada ALLOH WA ROSULIHI SAW)
ALFATIHAH !!!
(Berbagai sumber)
Sholawat Nariyah


Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.
Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu.
Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.
Jadi nabi berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan doa umat yang bersholawat kepadanya. Inilah salah satu rahasia doa/sholawat yang tidak banyak orang tahu sehingga banyak yang bertanya kenapa nabi malah didoakan umatnya? untuk itulah jika kita berdoa kepada Allah jangan lupa terlebih dahulu bersholawat kepada Nabi SAW karena doa kita akan lebih terkabul daripada tidak berwasilah melalui bersholawat.

Inilah riwayat singkat sholawat nariyah. Hingga kini banyak orang yang mengamalkan sholawat ini, tak lain karena meniru yang dilakukan syekh nariyah. Dan ada baiknya sholawat ini dibaca 4444 kali karena syekh nariyah memperoleh karomah setelah membaca 4444 kali. Jadi jumlah amalan itu tak lebih dari itba' (mengikuti) ajaran syekh.
Agar bermanfaat, membacanya harus disertai keyakinan yang kuat, sebab Allah itu berada dalam prasangka hambanya. Inilah pentingnya punya pemikiran yang positif agar doa kita pun terkabul. Meski kita berdoa tapi tidak yakin (pikiran negatif) maka bisa dipastikan doanya tertolak.
Inilah bacaan sholawat nariyah yang terkenal itu :

"Allohumma sholli shollatan kamilah wa sallim salaman. Taman 'ala sayyidina Muhammadiladzi tanhallu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu. Wa tuqdhobihil hawa iju wa tunna lu bihiro 'ibu wa husnul khowatim wa yustaqol ghomawu biwaj hihil kariim wa 'ala aalihi washosbihi fii kulli lamhatin wa hafasim bi'adadi kulli ma'luu mi laka ya robbal 'aalamiin"
Artinya :
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, dicurahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurnah itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan Engkau, Ya Tuhan semesta alam"
(dikutip berbagai sumber)

Jumat, 22 Agustus 2008


SYECH MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI ULAMA DARI TANAH BANJAR

Nama lengkap beliau Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari bin Saiyid Abu Bakar bin Saiyid Abdullah al-’Aidrus bin Saiyid Abu Bakar as-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman as-Saqaf bin Saiyid Muhammad Maula ad-Dawilah al-’Aidrus, dan seterusnya sampai kepada Saidina Ali bin Abi Thalib dan Saidatina Fatimah bin Nabi Muhammad SAW. Lahir di Lok gabang tanggal 19 maret 1710 M ,Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dahulu selalu menaruh Kota tempat tinggal dibelakang nama, seperti, Al bantani yang berasal dari banten , Al fadani yang berasal dari Padang begitupun Al Banjari yang berasal dari Banjarmasin Kalimantan. Kemasyhuran Ulama ulama yang berasal dari Indonesia di Mekkah terbilang cukup banyak, sebut saja Syech Nawawi Al bantani , Syech Abdul shomad al Palembani, Syech Arsyad Al banjari dan masih banyak lagi ulama-ulama yang berasal dari Nusantara cukup terkenal di mekkah, Bahkan Syech Nawawi Albantani setelah sekian lama berdakwa di Tanah kelahirannya, beliau kembali keMekkah sampai akhir hayatnya.
Syech Arsyad Albanjaripun sangat terkenal dimekkah karena keluasan ilmu yang dimiliki teutama ilmu Qiraat, Bahkan Beliau mengarang Kitab Qiraat 14 yang bersumber dari dari Imam Syatibi dan uniknya kitab tersebut setiap Juz dilengkapi dengan kaligarafi khas Banjar . Karya lainnya yang cukup termasyhur dikalimantan adalah kitab Fiqih Sabilal Muhtadin dan juga menjadi rujukan Ulama-ulama di jawa.
Pada suatu hari, tatkala Sultan Kerajaan Banjar (Sultan Tahmidullah) mengadakan kunjungan ke kampung-kampung, hingga sampailah sang Sultan ke kampung Lok Gabang. Alangkah terkesimanya Sang Sultan manakala melihat lukisan yang indah dan menawan hatinya. Maka sang Sultan bertanya, siapakah pelukisnya, lalu ia mendapat jawaban bahwa Muhammad Arsyad adalah sang pelukis yang sedang dikaguminya. Mengetahui kecerdasan dan bakat sang pelukis, terbesitlah di hati sultan, sebuah keinginan untuk mengasuh dan mendidik Arsyad kecil di istana. Usia Arsyad sendiri ketika itu baru sekitar tujuh tahun.
Sultanpun mengutarakan keinginan hatinya kepada kedua orang tua Muhammad Arsyad. Pada mulanya Abdullah ayah dari Syech Arsayd Al banjari dan istrinya merasa enggan melepas anaknya tercinta. namun demi masa depan sang buah hati yang diharapkan menjadi anak yang berbakti kepada agama, negara dan orang tua, maka diterimalah tawaran sang sultan. Kepandaian Muhammad Arsyad dalam membawa diri, sifatnya yang rendah hati, kesederhanaan hidup serta keluhuran budi pekertinya menjadikan segenap warga istana sayang dan hormat kepadanya. Bahkan sultan pun memperlakukannya seperti anak kandung sendiri.
Menginjak dewasa Syech Arsyad al banjari belajar di Mekkah selama kurang lebih 30 tahun beliau diantara guru-gurunya adalah Syeck Athaillah al Misri Pengarang Kitab Tashauf Al Hikam, Syech Abdus Shomad AlPalembani, Syech Yasin Al Yamani . Selama belajar Syech Muhammad Al abanjari telah menguasai berbagai Disiplin Ilmu dan telah memperoleh beberapa Ijazah Sanad dari guru-gurunya.
Durasi masa belajar di Mekah dan Madinah yang demikian lama serta banyaknya jumlah pelajaran dan jenis kitab dipelajari, dan kapabilitas ulama tempatnya berguru menjadikan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari akhirnya menjadi seorang ulama besar tanah Jawa.
Sekitar tahun 1772 M Syech Muhanmmad Arsyad Al Banjari minta ijin kepada guru-gurunya untuk kembali kekampung Halamannya Di banjarmasin Untuk melakukan dakwah dan syiar islam. Dan sebelum kembali ke Kalimantan syech Muhammad Arsyad sempat singgah dan bermalam di Jakarta di rumah salah seorang temannya Sewaktu belajar di Mekkah bahkan beliau sempat memberikan petunjuk Arah Qiblat Masjid Jembatan Lima jakarta, masjid pekojan dan masjid luar batang . Setelah beberapa lama di Jakarta Beliau kembali ke Banjarmasin untuk berdakwah.
Kepedulian Syech Muhammad Arsyad Albanjari kepada Masyarakat banjar yang hidup dibawah garis kemiskinan , membuat beliau berinisiatif bahwa dakwah tidak cukup hanya memberikan nasehat, mengajar saja Namun beliau coba mengangkat taraf hidup Masyarakat Banjar dengan melakukan Program Irigasi untuk meningkatkan hasil panen dan mengubah lahan-lahan yang non produktif menjadi lahan produktif. Dan Hasilnya pun cukup menggembirakan dan membawa mamfaat yang besar bagi masyarakat.
Selama 41 tahun Syech arsyad Al banjari melakukan dakwah pada masyarakat banjar dan berhasil mencetak murid-murid yang mampu meneruskan perjuangan dakwahnya , dan beliau juga sering mengirim murid-murid nya untuk Hijrah dan berdakwah di daerah yang masyarakatnya haus akan ilmu-ilmu agama. Disamping itu pula beliau banyak menulis kitab diantara karya-karya beliau adalah”
1. Tuhfah al-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu Riddah al-Murtaddin, karya pertama, diselesaikan tahun 1188 H./1774 M.2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H./1778 M.3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H./1780 M.4. Risalah Qaul al-Mukhtashar fi ‘Alamatil Mahdil Muntazhar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H./1781 M.5. Kitab Bab an-Nikah.6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi7. Kanzu al-Ma’rifah8. Ushul ad-Din9. Kitab al-Faraid10. Kitab Ilmu Falak11. Hasyiyah Fathul Wahhab12. Mushhaf al-Quran al-Karim13. Fathur Rahman14. Arkanu Ta’lim al-Shibyan15. Bulugh al-Maram16. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’17. Tuhfah al-Ahbab18. Khuthbah Muthlaqah
Pada tahun 1807 M syech Arsyad al banjari dipanggil alloh Swt dan beliau diamakamkan di Kalampayan Kalimantan.
(di salin dari berbagai sumber)



Guru Sekumpul

Guru Sekumpul Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa'ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi adalah anak dari perkawinan Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama H Rahmah. Beliau dilahirkan di Tunggul Irang, Dalam Pagar, Martapura pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 M. Diceriterakan oleh Abu Daudi, Asy Syekh Muhammad Ghani sejak kecil selalu berada di samping ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Keduanya juga menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah, Abu Daudi meyakini, guru pertama dari Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani adalah ayah dan neneknya sendiri. Semenjak kecil beliau sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Guru Sekumpul sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangannya. Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, beliau mengikuti pendidikan "formal" masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Guru-guru beliau pada masa ini antara lain, Guru Abdul Muiz, Guru Sulaiman, Guru Muhammad Zein, Guru H. Abdul Hamid Husain, Guru H. Rafi'i, Guru Syahran, Guru Husin Dahlan, Guru H. Salman Yusuf. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini beliau sudah belajar dengan Guru-guru besar yang spesialist dalam bidang keilmuan seperti al-Alim al-Fadhil Sya'rani Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri, al-Alim al-Fadhil Salim Ma'ruf, al-Alim al-Allamah Syaikh Seman Mulya, al-Alim Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil Sya'rani Arif, al-Alim al-Fadhil al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir, dan KH. Aini Kandangan. Tiga yang terakhir merupakan guru beliau yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid. Kalau kita cermati deretan guru-guru beliau pada saat ini adalah tokoh-tokoh besar yang sudah tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya. Dari yang saya kenal saja secara khusus adalah KH. Husin Qadri lewat buku-buku beliau seperti Senjata Mukmin yang banyak dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh Salman Jalil, sempat kita temui ketika masih hidup. Syaikh Seman Mulya adalah pamanda beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya'rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak. Sedangkan al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu beliau dan al-marhum KH. Hanafiah Gobet). Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Beliau ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada kami agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri. Selain itu, di antara guru-guru beliau lagi selanjutnya adalah Syaikh Syarwani Abdan (Bangil) dan al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah). Dari beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil. (Selain ini, masih banyak tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan sebagian lagi tidak sempat karena waktu itu beliau menyebutkannya dengan sangat cepat. Sempat saya hitung dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar 179 orang sepesialis bidang keilmuan Islam terdiri dari wilayah Kalimantan sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari Makkah). Gemblengan ayah dan bimbingan intensif pamanda beliau semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil beliau sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnda beliau sendiri. Seperti misalnya suatu ketika hujan turun deras sedangkan rumah beliau sekeluarga sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah. Pada waktu itu, ayah beliau menelungkupi beliau untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan. Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Syekh Muhammad Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada kami lewat cerita-cerita itu. Beberapa cerita yang masih saya ingat. Sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnda beliau membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnda beliau selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur usaha dagang, beliau sampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustazd kami pernah mengomentari hal ini, "bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu." Pernah sewaktu kecil beliau bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegur beliau, "Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur." Beliau langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah. Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan dan keanehan:Beliau sudah hapal al-Qur`an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul dijaga. Kemanapun bepergian selalu ditemani (saya lupa nama sepupu beliau yang ditugaskan oleh Syaikh Seman Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika beliau ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh Seman Mulya di hadapan beliau dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syaikh, begitu juga sepupu yang menjadi "bodyguard' beliau. Beliaupun langsung pulang ke rumah. Pada usia 9 tahun pas malam jum'at beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis "Sapinah al-Auliya". Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum'at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jum'at ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk, beliau melihat masih banyak kursi yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut. (Sayang saya lupa nama syaikh tersebut, semoga saja beberapa kawan dan anggota jamaah yang juga hadir sewaktu pengajian umum di PP. Al-Falah, Banjarbaru, Kal-Sel saat itu ada yang bisa mengingatkan saya nama syaikh tersebut). Salah satu pesan beliau tentang karamah adalah agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi shalatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi "bakarmi" (orang yang keluar sesuatu dari duburnya). Selain sebagai ulama yang ramah dan kasih sayang kepada setiap orang, beliau juga orang yang tegas dan tidak segan-segan kepada penguasa apabila menyimpang. Karena itu, beliau menolak undangan Soeharto untuk mengikuti acara halal bil halal di Jakarta. Begitu juga dalam pengajian-pengajian, tidak kurang-kurangnya beliau menyampaikan kritikan dan teguran kepada penguasa baik Gubernur, Bupati atau jajaran lainnya dalam suatu masalah yang beliau anggap menyimpang atau tidak tepat. Kemarin, Rabu 10 Agustus 2005 jam 05.10 pagi beliau telah berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun. Dulu almarhum Guru Ayan (Rantau), salah seorang syaikh yang dikenal kasyaf pernah menyampaikan bahwa kehidupan Syaikh M. Zaini Ghani itu seperti Nabi. Bahkan usia beliau pun sama seperti usia Nabi. Salah seorang murid dekat Guru Ayan, yaitu M. Yunus (kaka kelas saya di PP. Alfalah) pernah mencoba melihat-lihat ciri-ciri hissiyahnya. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah kepindahan Beliau dari Keraton Martapura ke wilayah Sekumpul seperti Rasulullah s.a.w. hijrah (dan beberapa hal lainnya). Dan sekarang, ucapan tersebut terbukti. Kebetulan? Wallahu A'lam.




(di salin dari berbagai sumber)

Kamis, 21 Agustus 2008

Dahsyatnya Sholawat

(Asal Mula Kejadian Diri kita)
Nur Muhammad inilah mahluk Allah yang pertama.

Mahluk Allah yang pertama ini adalah seberkas cahaya yang dinamai Nur Muhammad.
Allah sangat mencintai mahluk pertama ini sedemikian rupa sehingga Allah mempunyai alasan untuk menciptakan alam semesta beserta isinya ini termasuk kita semua.
Allah mengatakan dalam hadits qudsinya, Lau Laka Ya Muhammad Ma Kholaqtu Al Af-Laka (jika tidak karena engkau Muhammad, maksudnya cahaya (Nur) tadi, maka aku tidak akan ciptakan apapun yang lain.
Kelak Cahaya ini akan diwujudkan oleh Allah secara biologis, sosiologis dan historis menjadi Muhammad SAW. Artinya diwujudkan sosoknya, sepak terjangnya dan sejarah hidupnya.